Rabu, 13 Mei 2015

DOA 2015

Sudah lama nian saya tak menulis di blog ini. Setahun lebih....kesibukan, fokus dan lain-lain persoalan mematikan keinginan saya menulis disini. Tentu saja, beberapa paper yang musti saya tulis juga membuat saya kehilangan mood sharing hal-hal remeh temeh tapi mendalam via blog ini. Anyway.....

Saya memulai tahun 2015 ini dengan baik. Mendapat promosi di kantor, kuliah PhD saya yang makin kelihatan ujungnya, situasi keuangan yang semakin membaik dan seterusnya. Hari-hari ini saya lalui dengan bersyukur dan bersyukur. Akan tetapi saya merasa belum cukup. Maksud saya bersyukur nya yang belum cukup. Ada yang belum pas dengan cara saya bersyukur dan apa yang saya syukuri.

Sebagai contoh, saya masih sering iri dengan kawan-kawan yang kelihatan makin banyak amal sedekahnya, buat pesantren lah, nambah anak asuh lah, makin banyak hapalan Quran nya lah. Saya bertanya dalam hati, kapan saya bisa seperti itu......"Oalah Gusti, saya kapan diberi kesampatan? Apakah maqom saya belum sampai kesana?" Itulah..saya komplen kepada Tuhan dalam doa saya karena belum diberi kesempatan.

Dengan berjalannya waktu saya mendapat pelajaran bahwa hidup ini semuanya kesempatan...tiada waktu yang tak bisa diisi dengan perbuatan baik (istilah dalam Islam, ibadah).  Jadi kesempatan gak usah diminta wong sudah disediakanNYA. Jadi dengan semangat saya mengubah redaksional doa saya ..... "Duh Gusti berikan saya tenaga yang lebih besar, kemauan yang lebih kuat, badan yang lebih sehat agar hamba bisa lebih banyak beribadah kepadamu dan bermanfaat bagi keluarga dan orang lain".

Tapi saya merasa tambah gak bener.  Lah doa itu kan mencerminkan suasana hati kita, pandangan kita terhadap hidup dan terhadap Tuhan. Kembali saya mendapat pencerahan setelah mendengarkan tausiah seorang ulama melalui you tube....aneh juga kok saya berdoa seolah-olah pengen  ngatur2 Tuhan? lah Dia kan memiliki rancangannya sendiri. Terserah dia mau menjadikan, mengarahkan, memutuskan saya sebagai hambaNYA. Kalo saya minta tenaga, semangat dan badan yang sehat itu artinya saya minta berdasarkan kemauan saya, nafsu saya.

Emang kalo saya diberi sakit, saya gak bisa ibadah? Emang kalo saya lagi gak semangat terus saya maksiat?...kan gak gitu. Makanya doa saya pun berubah lagi...."Ya Rabb, berilah pemahaman kepada hamba terhadap apapun yang Engkau karuniakan, sehat, sakit, beruang, tidak beruang, gembira dan sedih. Tuntunlah Hamba untuk mengenaliMu dalam setiap situasi. Tetapkan tawadlu dan rasa syukur dalam diri hamba, agar hamba dapat memanfaatkan karuniaMu sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Mu".

Legakah saya?

Lumayan. Walau saya yakin beberapa waktu mendatang saya akan galau lagi jika saya mendapatkan penemuan baru, pemahaman baru mengenai diri saya dan Tuhan. Kan hidup ini dinamis. Makanya muslim membaca "ih dinassirotol mutaqiem" 17 kali sehari semalam, maknanya karena hidup ini dinamis yang memerlukan petunjuk Tuhan setiap saat.

Mei 2015

OKA
okawidana.blogspot.com
solusi-kampiun.blogspot.com