Kamis, 28 Juni 2012

Sidang Isbath


Mulai tahun ini Muhammadyah tidak mengikuti sidang Isbath, yakni sidang yang diselenggarakan Menteri Agama RI untuk menetapkan awal puasa dan Iedul Fitri. Menurut pak Din Syamsuddin Ketum Muhammadyah, sidang isbath itu lebih banyak berisi pikiran-pikiran subyektif pemerintah. Selain itu tidak ada musyawarah dan tidak ada diskusi. Pak Din juga menuding pemerintah tidak mengayomi seluruh umat Islam di Indonesia, termasuk yang berbeda pendapat http://nasional.vivanews.com/news/read/330354-tahun-ini-muhammadiyah-tak-ikut-sidang-isbat

Saya kok merasa Muhamadyah masih tidak bisa menerima hasil sidang Isbath tahun 2011 lalu, yang seolah-olah pendapatnya minoritas, kemudian dikalahkan oleh Pemerintah. Apalagi tahun lalu ada seorang pakar astronomi Prof. Thomas, yang dengan sangat cair dan mudah dicerna memaparkan argumentasi yang salah satunya mengatakan bahwa asumsi yang dipakai Muhammadyah selama ini dalam menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal sudah usang. Sehingga hasil perhitungannyapun tidak akurat http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/05/23/konsep-geosentrik-yang-usang-menginspirasi-wujudul-hilal/
Kecurigaan saya ini bukannya tanpa dasar, karena ketidaknyamanan terhadap Prof. Thomas jelas nampak dan tak segan diutarakan. Contohnya apa yang disampaikan mas Saleh Partaonan Daulay, Ketua PP Pemuda Muhamadyah yang juga dosen UIN Jakarta. Bagi saya aneh aja mas Saleh ini, bukannya adu wacana dari sisi metode science yang dipakai, malah mengkritik soal cara bicara dan bahkan dibilang cakrawala befikirnya harus diperluas http://www.pemuda-muhammadiyah.or.id/component/content/article/1779-kalimatnya-tidak-cerdas-cakrawala-berpikir-prof-thomas-djamaluddin-harus-diperluas.html

Dilain pihak pak Din menyatakan bahwa Muhammadyah dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal menggunakan metode astronomi, yang sudah teruji dan bahkan 1  Ramadhan serta 1 Syawal untuk 100 tahun kedepan sudah ditentukan. Saya kutip ,”Kami sudah bisa menetapkan awal puasa, juga hari raya, sampai 100 tahun ke depan. Hal itu karena kami memiliki rumus esakta, seperti astronomi dan falak, sehingga sidang isbath tidak diperlukan lagi oleh kami” http://nasional.kompas.com/read/2012/06/27/19425141/Mulai.Tahun.Ini.Muhammadiyah.Tidak.Ikut.Sidang.Isbat. lebih lanjut beliau bilang “Al Quran menyuruh kita untuk pandai berhitung” http://nasional.vivanews.com/news/read/330354-tahun-ini-muhammadiyah-tak-ikut-sidang-isbat

Analisis saya yang cetek justru menemukan gapnya disini. Prof Thomas bilang, asumsi yang dipakai Muhammadyah sudah tidak tepat. Muhammadyah bilang, metodenya sudah teruji dan menolak untuk meninjau asumsi yang dipakai. Sedangkan soal metode, kita tidak sangsikan keduanya menggunakan ilmu Astronomi. Jadi ini soal asumsi yang dipakai…siapa yang benar?

Saya bukan ahli astronomi, saya tak tahu siapa yang benar. Saya cuma bisa mengasumsikan asumsi yang benar. http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/11/04/hisab-wujudul-hilal-muhammadiyah-menghadapi-masalah-dalil-dan-berpotensi-menjadi-pseudosains/ 

Tidak usah jadi ahli syariah atau Professor Astronomi untuk tahu prinsip-prinsip dasar dalam science. Harap diingat bahwa dalam agama yang diatur adalah prinsip “hilal”, nah manusia mengintepreasikan prinsip “hilal” ini dengan menerapkan asumsi-asumsi yang murni buatan manusia jaman kini. Saya setuju dengan pak Din, bahwa metode perhitungannya eksak dan baku, jadi itu gak usah diperdebatakan. Tetapi soal asumsi? Kenapa enggan meninjaunya? even pak Thomas Cuma bilang asumsi usang, alias sudah lama tidak dipakai, bukan berarti salah….http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/08/27/muhammadiyah-terbelenggu-wujudul-hilal-metode-lama-yang-mematikan-tajdid-hisab/

Saya ini sebenarnya Muhammadyah asli. Cara saya shalat dan menerapkan berbagai macam ritual agama, mengikuti cara-cara Muhammadyah. Bahkan saya pernah menjadi pengurus organisasi pelajar dibawah Muhammadyah (tingkat propinsi waktu itu). Akan tetapi kali ini saya agak heran, dengan sikap Muhammadyah yang tercermin dari komentar pak Din. Bukankah Muhammadyah mengklaim dirinya sebagai gerakan pembaharuan? Kenapa alergi dengan pembaharuan…. Bukankan agama Islam mengharuskan silaturahmi? Bukankah ukhuwah penting? Apa yang disampaikan pak Din, seperti bermain politik tarik ulur. Muhammadyah jangan hanya mikirin member atau massanya saja, tetapi mikir umat Islam se Indonesia…. Apa yang diperbuat kali ini menambah kebingungan.

Seharusnya langkah seperti yang pernah ditempuh Muhammadyah misalnya berpartisipasi dalam  Musyawarah Nasional Hisab dan Rukyat dan upaya untuk menemukan titik temu terus  dilanjutkan http://puslitbang1.balitbangdiklat.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=148:munas-sepakati-kalender-islam-tunggal&catid=9:kub&Itemid=202. Disitu jelas kok disebutkan bahwa titik temu (dalam menentukan asumsi) belum tercapai. Ya diusahakan dong. Apa memang sama sekali buntu? terus mutung meninggalkan gelanggang, dan membiarkan kegaduhan terjadi?

Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com

Kamis, 21 Juni 2012

Coffee Story


Ada banyak acara di Televisi kita, ratusan jumlahnya. Akan tetapi hanya 1 atau 2 yang benar-benar saya nantikan penayangannya, karena memang sangat bagus. Salah satu acara yang saya maksud adalah Coffee Story di Kompas TV tiap Salasa malam. Alasannya tentu karena saya maniak kopi, namun lebih dari itu, acara ini menimbulkan kebanggaan dan kecintaan akan khazanah kekayaan hayati negeri yang namanya Indonesia ini.

Ngomong-ngomong soal kopi, secara umum jenis kopi dibagi menjadi dua, Robusta dan Arabica (masih ada dua jenis lagi sebenarnya kopi liberica dan kopi excelsa, yang agak sulit dijumpai). Kopi Arabica (yang tumbuh diketinggian 800-1000 dpl) dibagi menjadi dua katagori, yakni commercial arabica dan exotic arabica. Indonesia memang bukan produsen commercial arabica terbesar didunia, namun penghasil exotic arabica terbesar didunia. Sedangkan Robusta tumbuh didataran lebih rendah. Kopi Arabica dianggap lebih berkualitas daripada Robusta.

Ada 6 exotic arabica asal Indonesia; Gayo dari Aceh, Mandheling dari Sumatera Utara, Java dari pulau jawa utamanya Jawa Timur, Kintamani dari  Bali (kampung halaman saya), Toraja atau Kalosi dari Sulawesi dan Mangkuraja ini jenis baru dari Bengkulu. Diwarung kopi cap ikan duyung (Starbucks) pernah dijual kopi Sumatera (brewed coffee), konon ini adalah jenis Gayo dan Mandheling (mereka menganggap 1 type saja, no wonder taste-nya kadang sedikit berbeda). Ada juga yang menambahkan jenis kopi exitoc ini yakni kopi wamena yang ditanam di Pegunungan dekat Wamena, Papua. Konon (saya sendiri belum pernah coba), rasanya mirip Blue Mountain (satu-satunya exotic arabica yang dihasilkan oleh negara non Indonesia, yakni Jamaica).

Selain 6 atau 7 jenis exotic coffee asal Indonesia, masih ada tipe kopi lain…saya katakan tipe, bukan jenis, karena mungkin secara jenis masuk kedalam 6 -7 diatas namun tetap spesifik. Yang pertama adalah kopi lanang, yang biji kopinya bulat (tidak belah) dihasilkan dari Jawa Timur, konon untuk vitalitas (bedakan dengan kopi tongkat ali asal Malaysia, yang merupakan kopi dicampur ramuan herbal untuk vitalitas). Yang berikutnya adalah kopi luwak, kopi tereksotik didunia dan termahal (sekaligus terjorok). Saya belum sempat banyak mencicipi kopi luwak ini karena harganya yang selangit, sehingga belum bisa membedakan jenis-jenisnya. Akan tetapi saya percaya bahwa kopi luwak sematera pasti berbeda dengan kopi luwak jawa. Ini yang harus terus didalami dan jika memungkinkan dikembangkan.

Terlepas dari itu semua….cerita mengenai perkopian, acara Kompas TV yang saya sebut diatas Coffee Story adalah contoh nyata dari yang namanya edutainment. Edukasi sekaligus menghibur (entertainment). Tentu berbeda dengan infotainment (yang konon artinya informasi dan entertainment), lebih banyak berisi informasi sampah (gosip, perceraian, artis belanja atau artis jalan-jalan) dibungkus sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa menghibur. Edutainment tidak atau kurang komersiil, hanya sedikit orang tertarik dengan acara seperti ini.

Makanya, saya harus angkat topi kepada group Kompas Gramedia pemilik Kompas TV yang berani sedikit banyak menanggalkan komersialitas demi sebuah idealisme mengenalkan tanah air ini kepada khalayak pemirsa Indonesia, yang nota bene pemilik dan pewaris syah tanah air Indonesia. Banyak acara serupa Coffee Story semisal Hidden Paradise, Teroka, Expedisi Cincin Api dan lain-lain, yang dibuat punggawa Kompas TV ini. Gambar-gambar yang disajikan bernuansa kuning (cerah), dengan tujuan menekankan aspek keindahan alam. Bagi saya, ini sangat menggugah.

Edutainment tidak banyak menghasilkan uang, mungkin malah merugi. Kecuali business modelnya dibuat mirip Discovery Channel group atau National Geographic, yang tak perlu iklan banyak-banyak, karena hanya bisa disaksikan di TV berbayar (cable tv). Lha Kompas TV kan gratisan? Mereka terbalik, sebagian besar revenue mengandalkan iklan….mungkin sedikit ada pemasukan dari cable TV operator (semacam Indovision, Cable Vision dll) tetapi saya kira tak banyak. Kecuali jika Kompas TV go international dan mengekspor program-programnya (mirip Asian Food Channel (AFC), berbasis di Singapura kalo tak salah), mungkin bisa untung. Saya percaya Kompas TV bisa, karena kualitas program yang disajikan sangat, sangat baik.

TV jelas merupakan sarana yang sangat efektif untuk belajar, bagi kita orang dewasa, namun terutama untuk anak-anak. Orang tua seperti saya (dan teman-teman) disini seharusnya mendorong anak-anak hanya menonton acara-acara yang membawa manfaat bagi mereka. Selain itu, matikan saja TV itu. Yang saya rasakan sekarang TV, cuma jadi pendorong konsumerisme dan hiburan dangkal. Saya tahu, rakyat Indonesia ini beragam, gak semuanya makan sekolahan seperti saya atau Anda. Akan tetapi saya kira, pengelola TV bisa kok membuat acara-acara yang bertujuan membangun karekater bangsa Indonesia. Acara-acara musik, lawakan, infotainment dan sinetron (yang diputar sepanjang hari) hanya tepat untuk menciptakan generasi muda alay. Kompas TV telah membuat suatu pengecualian.

Sungguh suatu tag line yang tepat ”Kompas TV, inspirasi Indonesia”




Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com
Gak dibayar apapun sama Kompas.TV, melainkan kepuasan menonton acara-acaranya

Jumat, 15 Juni 2012

Alay....apakah itu?


Alay atau anak lebay… lebay berarti orang yang berlebihan.  Alay kalo demikian artinya anak-anak atau orang yang tindak tanduknya suka melebih-lebihkan.  Pokoknya gaya hidup yang cenderung  melebih-lebihkan. Konon mereka dapat dikenali dari cara berpakaian (korban mode, used worng custom in wrong occassion), selera musik (jenis Malay-sounding bands seperti  ST 12, Wali atau Kangen Band) dan yang paling ketara cara mereka menulis (cara nulis supaya kelihatan lebih keren). Menurut salah seorang rekan kerja saya, mau mengindetifikasi alay, lihat aja account face book-nya. Contoh Dh1k@ c@nt1eq 53k@l1, dibaca Dhika cantik sekali. Memberi nama account Dhika cantik sekali saja sudah berlebihan, ditambah cara nulisnya yang ajib.

Fenomena Alay,  dijumpai pada usia remaja dewasa, sekitar 16-25 tahun.  Yang terus terang bagi generasi saya, usia 38-45, cuma jadi bahan tertawaan. Kami gak ngerti sebenarnya gaya mereka, simply karena generation gap saja. Jadi jangan marah dulu para alay. Kami juga ngerti bahwa sebaliknya anda mentertawakan kami, sembari menyebut “para dinosaurus yang akan segera punah, tapi masih sombong”.

Alay mungkin cuma bagian perkembangan psikologis remaja dewasa yang tengah mencari jati diri. Tidak mengherankan jika diantara mereka, dan remaja seusia, alay atau bukan, menampilkan sesuatu dari dirinya yang berbeda dari orang lain, mendatangkan kebanggaan (contoh nama account face book diatas). Sayangnya, tanpa disadari bahwa perbedaan yang dipaksakan itu malah memuculkan keseragaman. Mulai cara berkomunikasi, bahkan mungkin attitude-nya pun seragam. Bagian generasi yang seragam, dari sisi tingkah laku, selera dll, biasa dalam khasanah ilmu sosial disebut “peers”, harafiah memang berarti rekan seangkatan.

Dari ilmu behavior didapatkan bahwa peers, sadar tidak sadar yang memiliki selera atau gaya yang sama akan mengelompok membentuk komunitas, dengan alasan keseragaman diatas.  Dengan adanya komunitas, maka identitas alay akan semakin menguat, yang saya kira sedikit banyak mempengaruhi para remaja ini ketika menginjak periode dewasa atau usia produktif.

Saya tidak bilang bahwa alay itu negatif.  Toh jaman saya dulu, ada juga remaja mellow atau kadang disebut “muka Rambo, hati Rinto”, ketika dewasa menjadi ornag-orang yang berhasil dalam hidupnya.  Tergantung kepada perjalanan hidup yang bersangkutan. Kemampuan yang bersangkutan untuk learn, relearn dan un-learn. Belajar sesuatu yang baru, selalu berusaha memperbaharui pengetahuan yang dipelajarinya. Dan kadang jika menemui kegagalan, dia belajar untuk melupakan atau larut dalam kegagalannya, untuk kemduian belajar lagi sesuatu yang baru. 

Saya mengansumsikan bahwa proses  siklus learn, relearn dan unlearn, para alay dan non alay, akan berbeda. Sifat melebih-lebihkan cenderung akan membuat seseorang defensive terhadap perubahan.  Padahal perubahan diperlukan untuk kemajuan, even perubahan negatif.  Apabila anda menerapkan filosofi learn, relearn dan unlearn, perubahan negatif bisa dengan segara dirubah menjadi positif. Disinilah justru letak perbedaan manusia dewasa dan belum dewasa (remaja dewasa, belum dewasa loch). Kedewasaan diukur dari kemampuan memaknai setiap pengalaman hidup yang dialami, menjadi sesuatu value yang akan meningkatkan kemampuannya menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi dikemudian hari.

Dengan asumsi seperti itu, bahkan ketika beranjak dewasa bentuk kepribadian anak-anak yang tadinya alay bisa serupa dengan anak-anak non alay dan atau sebaliknya. Peers dan komunitas memang mempunyai pengaruh, tetapi tak akan menjadi penjara “member”nya.  Peers dan indentitas hanya berfungsi sebagai rumah sementara, yang jika cocok akan terus ditempati, Jika tak cocok akan ditinggalkan

Tentu saja tidak semua yang memasuki usia remaja dewasa menjadi alay. Banyak yang berhasil mengembangkan kepribadian non alay. Saya pikir, latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial lainnya significant mempengaruhi perkembangan kepribadian. Saya mencermati biasanya jika seorang remaja memiliki kegiatan diluar sekolah yang cukup, mereka akan membentuk kepribadian yang lebih positif.

Test ke alay-an anda…
qMoh tO crA bAc 1n"Y……m_tHa apOn YoH………qoH tLuZ”aN uCHA ………. bUD….. sYusah…………………


Bacaan lebih jauh :



Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com

Kamis, 14 Juni 2012

Magic Number: Kutak-katik Angka Untuk Mencapai Lebih 100% Dari Hidup Kita


Anda pasti sering menerima email atau informasi yang isinya seperti dibawah, yakni betapa menakjubkan ilmu matematika yang telah dikebangkan sejal awal peradaban manusia:

1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321

1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 =1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 =1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 + 10 = 1111111111

9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888

Canggihkan?
Coba lihat simetri ini :

1 x 1 = 1
11 x 11 =121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 123456789876543 21

Masih ada yang lebih canggih dan hebat....coba perhatikan dengan baik, penjelasan berikut ini :

Dari sudut pandang Matematika, adakah yang lebih besar dari 100%? 
Jawabannya ada tentu saja.

Jika demikian, dalam kehidupan, apakah nilai 100% sudah cukup? Misalnya sering kita mendengar, saya mencintai kamu 100%....he he he... apakah sudah cukup?
Sesorang berkata "aku akan memberikan yang terbaik dari diriku"? maksudnya yang terbaik apa? 100% dari kemampuan kita, 100% dari usaha kita..... mungkinkah kita bicara "aku akan berikan 110% dari kamampuanku"..... Beranikah kita bilang "aku akan berusaha 110%"? Artinya saya  bisa memberikan lebih hebat dari kemampuan saya yang biasanya

Bagaimana ingin mencapai  lebih dari 100 %?

Mungkin sedikit formula matematika dibawah ini dapat membantu memberi jawabannya.

Jika A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Disamakan sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Maka, kata KERJA KERAS
bernilai :
11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 1 + 19 = 99%

H-A-R-D-W-O-R-K
8 + 1 + 18 + 4 + 23 + !5 + 18 + 11 = 99%

K-N-O-W-L-E-D-G -E
11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96%

SKILL
19 + 11 + 9+ 12 + 12 = 63

ACTION
1 + 3+ 20+ 9+ 15+ 14 = 62

A-T-T-I-T-U-D-E
1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%

Dari sudut pandang matematika, kerja keras saja belum cukup. Knowledge saja tidak cukup. Skill saja masih kurang. ATTITUDE  is a must untuk mencapai 100% dari usaha atau hidup kita. 
Dengan kata lain, tanpa ATTITUDE yang positif didalam diri, kerja keras dan knlwledge,  masih belum cukup.

Kembali kepada pertanyaan, bagaimana mencapai lebih dari 100% ? 

Ternyata

LOVE OF GOD
12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 = 101%

Jadi selain kerja keras dan attitude, maka mencintai Tuhan bisa jadi lebih penting, dengan alasan bahwa mencintai Tuhan merupakan ATTITUDE  YANG PALING PENTING.

Cukupkah? hanya 1% diatas kemampuan kita. Apakah ada kemungkinan mencapai lebih dari itu?
Sering kita mendengar orang bicara bahwa dia mencitai Tuhan dengan attitude yang positif, masih terasa ada yang kurang. Masih garing.....Apa itu?

Menurut saya mencintai Tuhan, harus pula disertai  aplikasi etika. Dalam hal ini etika adalah filter moral. Apapun yang kita kerjakan harus dalam platform moral yang baik. Aplikasi etika, berarti mengimplementasikan Love of God diatas dalam kehidupan sehari-hari. Saya menyebutnya sebagai kehidupan yang relegius.

Untuk mencapai hidup yang religius, etika atau filter moral yang  apa yang diperlukan? saya beri contoh dua etika yakni :

B E N O V O L E N C E
2+ 5 + 14 + 15 + 22 +15 + 12 + 5 + 14 + 3 + 5 = 112 %

Benovolence dalam bahasa arab dipersamakan artinya dengan istilah IKHSAN, dapat didefinisikan sebagai selalu berusaha untuk tetap berbuat kebaikan untuk orang lain, mendedikasikan hidupnya memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Jika perlu dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Anda lihat dengan mengaplikasi Ikhsan dapat mencapai 112%.

Contoh etika lain yang adalah
S I N C E R I T Y
15+ 9 + 14 + 3 + 5 + 18 + 9 + 20 + 25 = 118 %

Sincerity dalam bahasa arab equivalennya adalah ikhlas, sering sekali kita dengar yang artinya kurang lebih melakukan perbuatan semata-mata karena itu diperintahkan Tuhan, hanya berharap kebaikan dari Tuhan, bukan pamrih atau pujian dari orang lain. Iklas adalah sikap tertinggi dalam hidup. Dengan sikap iklas apapun yang dilakukan atau nasib apapun yang menimpanya akan selalu mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya. Secara matematika, sikap Sincerity atau Iklas akan memungkinkan kita mencapai 118% dari hidup kita.

So, cinta kepada Tuhan (love of God) harus disertai  ihsan (benovolence) dan ikhlas (sincerity).

PERCAYA atau TIDAK, tetap ada nilai yang lebih tinggi lagi. Apa itu ? 
Ini menyangkut inti ajaran agama yakni percaya bahwa Tuhan itu Esa…TUHAN YANG MAHA TUNGGAL. Sikap ini dalam istilah arab dikenal dengan istilah Tawhid. Dengan memantapkan keimaman bahwa TUHAN itu MAHA TUNGGAL, serta merta yang namanya Hardwork, Love of God, Benovolence dan SIncerity akan inherent dalam hidup kita. Lihat perhitungan secara matematika berikut ini:

O N L Y  O N E  G O D
15 + 14 + 12 + 25 + 15 +13 + 5 + 7 + 15 + 4 = 125%



Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com

Senin, 11 Juni 2012

Pemimpin

Dalam perjalanan PP, Jakarta Bandung pagi ini, selintas kepikiran mengenai leader atawa Pemimpin. Terminologi ini belakangan menarik minat intektual saya. Pertama, secara ilmiah leadership atau kepemimpinan, adalah thema populer bagi para peneliti ilmu sosial. Yang kedua dalam keseharian, Pemimpin adalah orang yang sehari-hari kita hadapi. Selain itu, masing-masing kita merupakan Pemimpin, paling tidak dari keluarganya dan dirinya sendiri. So, it is very interesting....

Dari sisi teori, banyak sekali tipe maupun model kepemimpinan. Ah.. tapi saya tak hendak mengajak anda mengarungi khazanah literatur kepemimpinan, saya cuma mau menulis yang gampang-gampang saja. Misalnya, bagaimana tipe Pemimpin yang ideal bagi Anda? model kharismatik kah? model tranformasional kah? atau Pemimpin yang melayani (servant leader)? yang jelas, saya percaya pada teori bahwa Pemimpin tidak dilahirkan (born to be a leader)...melainkan diciptakan oleh situasi dan kondisi yang mendorong satu orang yang merupakan anggota dari suatu kelompok, mengambil inisiatif tertentu yang tepat, yang dibutuhkan sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi kelompok itu.

Bisa jadi, karena kebutuhannya, maka Pemimpin yang tercipta adalah Pemimpin bergaya otoriter dan dominan. Atau dilain situasi yang tercipta adalah Pemimpin yang melayani, atau kalo dalam bahasa Ki Hajar Dewantoro, Pemimpin yang berjiwa Tut Wuri Handhayani. Lalu apabila kita tarik ketas kelevel berbangsa dan bernegara, saya kira, teori yang saya kemukakan secara simple sebelumnya, bisa diterapkan.  Misalnya tipe kepemimpinan bung Karno dan pak Harto berbeda. Tak ada yang salah sebenarnya, situasi pada saat itu memang membutuhkan pemimpin bertipe seperti beliau-beliau. Makanya saya paling empet, kalo ada pihak atau kelompok yang gemar membandingkan antar keduanya...ini istilah in english-nya "not apple to apple" alias "apple to duren".

Pertanyaannya, tipe kepemimpinan apakah yang dibutuhkan NKRI dengan situasi kontemporer yang dihadapi? Saya kok merasa jawabannya sederhana saja.

Bangsa ini sudah pinter kok. Rakyat sudah tidak perlu lagi diajari gimana hidup dan survive ditengah himpitan ekonomi. Mereka membutuhkan sosok yang bukan hanya dekat, karena berasal dari kalangan mereka sendiri, tetapi yang paling penting, dapat memberikan inspirasi. Sayangnya, entah kesambet kemasan kampanye yang bagus, maka yang dianggap Pemimpin ideal disamping gagah, sayang keluarga, sabar dan pinter nyanyi... apa hubungannya dengan keberhasilan memimpin, coba? wkwkkwk

Pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang dapat memberikan contoh, bahwa dirinya bisa susah seperti rakyatnya. Dia bisa memberikan inspirasi, karena tak mungkin bisa menciptakan solusi untuk semua masalah. Pemimpin yang tidak keminter, sehingga perlu bergaya deklamasi ketika berpidato. Bottom line....pemimpin yang melayani, bukannya minta dilayani. Pemimpin yang suka curhat dan mengeluh, jelas bukan sosok Pemimpin yang melayani...



Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com






Jumat, 08 Juni 2012

Ikhlas atawa Iklas

Kemarin saya baca status seseorang dimedia sosial, yang menulis "hatiku menangis, tetapi aku hadapi dengan senyuman dan keikhlasan". Well, sepintas kesan yang didapat bahwa yang bersangkutan sedang menghadapi masalah namun tak kuasa untuk menghindarinya dan harus ikhlas menghadapinya. Saya tak tahu apa masalahnya, tak berniat juga menanyakannya. Hanya statement dia ini yang menggelitik fikiran saya.

Pertama soal senyum. Satu pepatah yang juga bagian ajaran agama, dibilang "senyum adalah ibadah". senyum yang mana yang bisa jadi ibadah, apakah semua senyum? senyum yang manis? senyum tulus? senyum pura-pura? senyum asem?

Kedua soal ikhlas. Orang sering bicara ikhlas, tapi apakah mengerti artinya? Sebagian bilang ikhlas sama dengan tulus, artinya memberi tapi tidak menuntut balasan. Bagaimana jika seseorang penipu bilang, "Saya ikhlas, gak papa dosa karena menipu orang, tetapi yang penting saya dapat beli rumah dan sawah untuk keluarga saya".

Dari intisari ajaran agama, ada dua hal yang saya ingin tuliskan:
1. Nilai dari suatu amal, tergantung dari niatnya
2. Pada dasarnya semua orang sama, yang membedakan adalah derajat ketakwaan kepada Allah SWT.

Jika dua hal tersebut dibingkaikan dalam curhatan diatas, maka dapat disimpulkan. Bahwa sepanjang masalah yang dihadapi bersumber dari perbuatan atau amal yang disertai niat yang baik, maka senyuman itu menjadi ibadah. Sedangkan sikap ikhlas adalah wujud dari ketaqwaan. Taqwa artinya konsisten berusaha semaksimal mungkin melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.  Senyuman dan keikhlasan menjadi cerminan ketegaran seseorang untuk terus berusaha mencari jalan keluar apapun masalahnya.

Sebaliknya, jika masalah yang dihadapi bersumber dari hal-hal yang tidak baik, menipu orang, menyusahkan orang, ya tidak akan ada kebaikan apapun yang didapat dari sikap itu walopun diberi label senyum dan ikhlas. Sayangnya manusia senang hidup dalam kepura-puraan...pura-pura pinter tetapi bodoh. Bersikap jelek dan hianat kepada orang lain, tetapi berharap belas kasihan dan ampunan Allah. Menipu dan menyusahkan orang lain, tetapi berharap rejeki barokah yang mengalir lancar. Bersumpah palsu tetapi mengharapkan orang jujur kepadanya dan berharap Allah tidak menurunkan laknat padanya?

Hidup yang cuma sebentar ini, ngapain dibuat susah? jalan lurus-lurus saja. Membahagiakan orang tua, bertanggung jawab kepada keluarga, bekerja keras...memang harus disertai senyum dan iklhas. Intinya, ya itu jalan yang lurus-lurus saja. Bahasa agamanya.... "sirothol mustaqiem....."


Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com






Awalan

Ini bukan karena sedang galaw, nganggur atau apapun, trus kemudian membuat blog lagi, apalagi pakai nama sendiri. Di www.ahlikeuangan-indonesia.com, saya juga banyak menulis mengenai ekonomi, keuangan dan belakangan soal politik dan etika. Hanya saja jika ingin nulis sesuatu yang ringan pas lagi istirahat makan siang atau perjalanan di KRL atau ketika ngantuk dengerin pengajian di masjid Bintaro, rasanya saya harus buat blog baru.

Saya tak mau pusing dengan audience....preks saja lah. Saya hanya percaya, bahwa selama tulisan saya jujur, iklas, tanpa pretensi untuk mengkotbahi, pasti banyak pembaca yang punya jiwa berontak seperti saya, akan suka.

Selanjutnya, walaupun header blog ini menyinggung intelektualisme dan spiritualisme, gak akan berat-berat kok tulisan saya. Anyway, bagi saya, karya budi yang dituliskan dengan fikiran dan hati, kendati disampaikan dengan cara secair mungkin, merupakan refleksi inteletual dan spritual penulisnya. Kan saya bukan alay, yang kalo nulis apapun, bisa tidak berarti apapun. Usia saya sudah tidak memungkinkan saya menjadi alay, bagaimanapun kerasnya kemauan saya untuk itu...wkkwkwkwk.

Yuk ah....



Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com