Jumat, 08 Juni 2012

Ikhlas atawa Iklas

Kemarin saya baca status seseorang dimedia sosial, yang menulis "hatiku menangis, tetapi aku hadapi dengan senyuman dan keikhlasan". Well, sepintas kesan yang didapat bahwa yang bersangkutan sedang menghadapi masalah namun tak kuasa untuk menghindarinya dan harus ikhlas menghadapinya. Saya tak tahu apa masalahnya, tak berniat juga menanyakannya. Hanya statement dia ini yang menggelitik fikiran saya.

Pertama soal senyum. Satu pepatah yang juga bagian ajaran agama, dibilang "senyum adalah ibadah". senyum yang mana yang bisa jadi ibadah, apakah semua senyum? senyum yang manis? senyum tulus? senyum pura-pura? senyum asem?

Kedua soal ikhlas. Orang sering bicara ikhlas, tapi apakah mengerti artinya? Sebagian bilang ikhlas sama dengan tulus, artinya memberi tapi tidak menuntut balasan. Bagaimana jika seseorang penipu bilang, "Saya ikhlas, gak papa dosa karena menipu orang, tetapi yang penting saya dapat beli rumah dan sawah untuk keluarga saya".

Dari intisari ajaran agama, ada dua hal yang saya ingin tuliskan:
1. Nilai dari suatu amal, tergantung dari niatnya
2. Pada dasarnya semua orang sama, yang membedakan adalah derajat ketakwaan kepada Allah SWT.

Jika dua hal tersebut dibingkaikan dalam curhatan diatas, maka dapat disimpulkan. Bahwa sepanjang masalah yang dihadapi bersumber dari perbuatan atau amal yang disertai niat yang baik, maka senyuman itu menjadi ibadah. Sedangkan sikap ikhlas adalah wujud dari ketaqwaan. Taqwa artinya konsisten berusaha semaksimal mungkin melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.  Senyuman dan keikhlasan menjadi cerminan ketegaran seseorang untuk terus berusaha mencari jalan keluar apapun masalahnya.

Sebaliknya, jika masalah yang dihadapi bersumber dari hal-hal yang tidak baik, menipu orang, menyusahkan orang, ya tidak akan ada kebaikan apapun yang didapat dari sikap itu walopun diberi label senyum dan ikhlas. Sayangnya manusia senang hidup dalam kepura-puraan...pura-pura pinter tetapi bodoh. Bersikap jelek dan hianat kepada orang lain, tetapi berharap belas kasihan dan ampunan Allah. Menipu dan menyusahkan orang lain, tetapi berharap rejeki barokah yang mengalir lancar. Bersumpah palsu tetapi mengharapkan orang jujur kepadanya dan berharap Allah tidak menurunkan laknat padanya?

Hidup yang cuma sebentar ini, ngapain dibuat susah? jalan lurus-lurus saja. Membahagiakan orang tua, bertanggung jawab kepada keluarga, bekerja keras...memang harus disertai senyum dan iklhas. Intinya, ya itu jalan yang lurus-lurus saja. Bahasa agamanya.... "sirothol mustaqiem....."


Oka Widana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan_indonesia.com
okawidana.blogspot.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar