Senin, 11 November 2013

Ekonomi Kolaboratif - Ekonomi Gotong Royong. Ekonomi ala Indonesia?


Tulisan Prof Frimanzah menarik untuk saya dari berbagai sudut. Pertama karena ini tulisan civitas FE UI yang biasanya tak lepas dari aliran pasar bebas (liberalisme dan anak cucu pemikirannya).

Kedua, Prof Firmanzah mengindikasikan bahwa BUMN, BUMD lah yang seharusnya menjadi pelopor dan pandu dalam ekonomi kolaboratif, karena Pemerintah dan Pemda yang mengontrol BUMN dan BUMD tersebut. Saya menambahkan bahwa fitrah BUMN dan BUMD adalah development and social agency. Untung akunting merupakan mandatory, namun keuntungan sosial dan lingkungan merupakan tujuan yang lebih penting. Dalam kerangka good governence, maka Pemerintah hanya dibatasi sebagai regulator. BUMN dan BUMD sepenuhnya pada level player, setara dengan pemain-pemain swasta lainnya. Memang jadi agak utopia disini bahwa BUMN/BUMND harus kompetitif tetapi peran sebagai social agent tak boleh ditinggalkan. Menurut saya, jawabannya mungkin terletak pada bidang-bidang yang digeluti BUMN/BUMD, yakni hanya pada wilayah yang secara langsung dan significant menyangkut kesejahteraan rakyat banyak.

Ketiga, kebetulan contoh yang disampaikan terjadi di Bali (kampung halaman saya), yang sangat menjunjung tinggi tradisi gotong royong. Tradisi subak, kelompok usaha di Banjar (dusun) bahkan sampai ngaben (upacara pembakaran jenazah) yang sebenarnya bersifat gotong royong juga. Saya percaya bahwa didaerah-daerah lain, nilai2 gotong royong jauh lebih kental daripada nilai-nilai persaingan bebas.

Saya masih yakin bahwa karakter bangsa ini adalah kolaboratif dan berfikiran positif. Jadi memang diperlukan penyesuaian menghadapai iklim pasar bebas yang core-nya adalah invidualistik. Menurut hemat saya titik temu antara kolaborasi dan individualisme, dimana kolaboratif adalah kerjasama antar individu yang masing-masing memberikan nilai tambah kepada hasil akhir. Dengan kata lain, kolaboratif harus menghasilkan sinergi, berupa nilai tambah lebih besar daripada hasil total yang dihasilkan jika para individu itu bekerja sendiri-sendiri. Artinya, kolaboratif hanya terjadi jika ada sinergi.

Jika beberapa tahun lalu dimillis ini diributkan bahwa ekonomi pancasila adalah wadah kosong yang masih perlu diisi. Maka, saya kira, ekonomi kolaboratif merupakan salah satu kandidat konsep yang terkuat untuk mengisi wadah kosong itu. Saya berargumen bahwa ekonomi pancasila bukan mahzab baru sistem ekonomi, melainkan ”hanya” strategi Indonesia –negara, bangsa dan rakyat- dalam mensiasati percaturan ekonomi global.

Saya katakan ekonomi kolaboratif sebagai strategi, berkaca pada contoh-contoh dilapangan dimana beberapa bangsa melakukan ini. Sebagai gambaran adalah kolaborasi ala perusahaan Jepang di Indonesia. Sudah merupakan pengetahuan bersama bahwa perusahaan Jepang (Murni tened 100% atau Joint Venture) hanya mau berbank-ing dengan bank Jepang. Terhadap nasabah Jepang, Bank Jepang sangat relax dalam penetapan jaminan dan suku bunga. Demikian juga dalam mencari suplier, perusahaan Jepang memprioritaskan pemasok Jepang. Harus diakui bahwa kolaborasi semacam itu tidak mengurangi efisiensi produksi mereka. Hal inilah yang harus dipelajari dan menjadi topik riset kedepan, bagaimana kolaborasi mendorong efisiensi.

Perusahaan Korea nampaknya mengcopy budaya kolaboratif dari Jepang. Saya melihat perusahaan China dan India juga melakukan hal serupa. Bahkan belakangan, bank-bank China mendorong penggunaan mata uang China sebagai mata uang LC (Leter of Credit). Bank-bank milik Malaysia dan Singapura di Indonesia mulai juga mengarah resana (mempromosikan mata uang negara masing2).

Sekali lagi, kolaborasi tidak bisa dari paksaan politik atau alasan lain diluar ekonomi dan efisiensi, namun saya tetap memandang bahwa ia ditumbuh kembangkan dari culture (tradisi) bangsa ini. Memang perlu penyesuaian, misalnya culture dalam melakukan pekerjaan atau memproduksi barang harus memberikan yang terbaik, dari segi harga, kualitas dan aspek lainnya. Akan tetapi harus diingat bahwa produksi/pekerjaan yang terbaik harus dimulai dari produksi/pekerjaan untuk bangsa sendiri, bukan terbalik. Ketika bekerja atau memproduksi untuk bangsa lain kita hebat, namun untuk bangsa sendiri asal-asalan. Itulah pula yang dilakukan Jepang, Korea dan China yang pertama kali mengusahakan produksi/pekerjaan terbaik kepada bnagsanya sendiri, dan jika sudah terbiasa demikian, secara otomatis pekerjaan/produksi untuk dijual keluar juga akan terbaik.

Pada akhirnya, semua konsep baik tergantung implementasinya kepada kepemimpinan nasional. Diwilayah BUMN, Menteri BUMN mendorong kolaborasi BUMN. Seharusnya tidak terbatas pada BUMN, melainkan disemua lini. Ekonomi kolaboratif merupakan strategi ketahanan ekonomi nasional dan untuk memenangkan persaingan antar bangsa. Otherwise kita kembali terperangkap pada strategi “devide at impera”, yang bukan dilakukan oleh negara penjajah, tetapi oleh ideologi pasar bebas.

Oka Widana
www.ahlikeuangan-indonesia.com
www.okawidana.blogspot.com
@owidana


Ekonomi Kolaboratif Ekonomi Gotong-Royong
Author:  PROF FIRMANZAH PhD

Keberhasilan membangun Jembatan Tol Bali (Tol Mandara) menjadi tonggak perubahan paradigmatik skema kerja sama pembangunan dan sistem ekonomi di Indonesia. Saya menyebut perubahan paradigmatik karena sifatnya mendasar dan fundamental.

Pembangunan yang didasarkan pada skema kolaborasi serta kemitraan strategis, bukan skema persaingan atau kompetisi. Jembatan tol tersebut diwujudkan melalui kolaborasi dan strategic partnership antara pemerintah pusat daerah, BUMN dan BUMD. Sinergi ini tercermin dari kepemilikan PT Jasa Marga Bali Tol selaku badan usaha jalan tol, di mana PT Jasa Marga (Persero) Tbk memiliki porsi saham 60%, PT Pelindo III (Persero) 20%, PT Angkasa Pura I (Persero) 10%, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 5%, PT Adhi Karya (Persero) Tbk 2%, PT Hutama Karya (Persero) Tbk 2%, dan PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) 1%.

Saya memandang Indonesia saat ini sangat membutuhkan ekonomi kolaboratif dalam semua tingkatan baik di tingkat kebijakan, penguatan industri nasional, pembangunan infrastruktur, maupun pemberdayaan masyarakat. Terlebih konsep dan skema kolaboratif sebenarnya berakar dari semangat kolektif bangsa ini yaitu gotongroyong. Dalam skema gotong-royong, masing-masing aktor baik individu maupun organisasi berkontribusi sesuai kemampuannya mewujudkan kepentingan lebih besar.

Semangat kolaboratif dan gotong-royong tidak bersifat memaksa, tetapi tidak juga menjadikan para aktor ekonomi bersikap acuh-tak-acuh dan free-rider untuk wujudkan tujuan kolektif. Semangat kolaboratif dibangun atas kesadaran kolektif terhadap pentingnya saling dukung dan bukan saling jegal. Ego sektoral menjadi sangat tidak relevan dalam sistem ekonomi kolaboratif. Terlebih saat ini kebutuhan anggaran dalam MP3EI tidak semua dapat dibiayai APBN.

Dari Rp4.000 triliun anggaran MP3EI antara 2011-2014, pembiayaan dari swasta sebesar 49%, pemerintah 12%, BUMN 18%, dan campuran 21%. Meski begitu, dalam tataran implementasi, semua pihak termasuk pemerintah daerah dan BUMD diharapkan dapat proaktif baik dalam pengusulan, perancangan, sampai pengerjaan proyek infrastruktur. Sekali lagi semangat kolaborasi baik yang tercermin dalam upaya kolektif penghapusan hambatan investasi, pembentukan konsorsium dan badan usaha bersama perlu terus kita dukung bersama. 

Hanya melalui semangat kebersamaan dan saling dukung inilah target percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur di Indonesia dapat kita capai bersama. Kembali ke proyek pembangunan Jalan Tol Bali, saya mengandaikan apabila tidak ada skema kolaboratif untuk membangun Jembatan Tol Bali dengan panjang sekitar 12,7 km, akan sulit kita wujudkan. Pembangunan tol di atas laut yang menghubungkan Bandara Ngurah Rai dengan Nusa Dua dan Benoa itu hanya membutuhkan waktu 14 bulan.

Kolaborasi dan sinergi yang ditunjukkan selama perencanaan dan pembangunan proyek infrastruktur ini dapat menjadi best-practice bagi proyekpembangunanlaindi Indonesia. Dalam sistem kolaborasi dan gotong-royong dimungkinkan ada kerja sama, partnership, dan sharingressourcesantarpelaku ekonomi. Skema ini menjadi sangat penting ketika sebuah sistem entah itu negara, provinsi, kabupaten/kota, perusahaan (BUMN, swasta, koperasi), atau bentuk organisasi lain memiliki keterbatasan sumber daya.

Sementara kebutuhan pembangunan sangat tinggi dan perlu dukungan semua pihak. Karena itu, percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur di Indonesia hanya akan terakselerasi pembangunannya ketika ini ditunjang oleh segenap pelaku ekonomi. Kolaborasi antara pemerintah pusat-daerah serta dunia usaha sangat diperlukan untuk mempermudah perizinan, pembebasan lahan, penguatan struktur permodalan, serta pengerjaan teknisnya.

Saat inikitaperlulebih banyak lagi bandara udara, jalan tol, air bersih, bendungan, rel kereta api, pelabuhan, dan industrialisasi yang dipercepat pembangunannya. Saat ini semangat kolaboratif dan gotong-royong telah menemukan kembali arti penting di Indonesia. Selain pembangunan jembatan tol di Bali, semangat ekonomi kolaboratif dan gotong-royong juga tercermin pada komitmen 140 BUMN untuk menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.

Tanda tangan nota kesepakatan dilakukan pada Senin (21/10) di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sehingga pada 1 Januari 2014, seluruh karyawan BUMN otomatis menjadi peserta BPJS kesehatan dan diharapkan dapat memperkuat lembaga BPJS kesehatan. Iuran BPJS kesehatan dari BUMN diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan lembaga BPJS kesehatan dan yang terpenting dapat menyubsidi silang dengan mereka yang membutuhkan.

Komitmen penggabungan 140 BUMN merupakan bukti ekonomi kolaboratif dan gotong-royong di Tanah Air telah menemukan kembali arti penting sebagai komplemen dari skema persaingan atau kompetisi. Semangat kolaboratif antara pemerintah pusat-daerah dan dunia usaha juga dilakukan baru-baru ini. Kesadaran kolektif untuk meningkatkan kemandirian pangan yang membutuhkan kerja sama dan koordinasi di tingkat implementasi antara pusat-daerah dan dunia usaha terus ditingkatkan.

Baik pemerintah pusat maupun daerah serta dunia usaha saling berbagi tugas dan berkontribusi untuk meningkatkan produksi pangan terutama pada lima komoditas strategis yaitu beras, gula, kedelai, jagung, dan daging sapi. Untuk meningkatkan kemandirian pangan, di Bukittinggi telah ditandatangani komitmen pencapaian sasaran dan rencana aksi ketahanan pangan oleh 12 menteri, 12 gubernur, dan Kadin Indonesia.

Melalui semangat kolaboratif dan gotong-royong ini, kita tentu optimistis kemandirian pangan Indonesia ke depan akan menjadi lebih kuat dan berdaya tahan. Sistem kolaboratif dan gotong-royong semakin kita butuhkan mengingat tantangan yang dihadapi Indonesia ke depan menjadi tidak lebih sederhana. Perekonomian Indonesia akan dihadapkan pada tatanan ekonomi global dan kawasan yang semakin terintegrasi, interdependensi, dan penuh ketidakpastian.

Sementara di dalam negeri kita semakin memerlukan stabilitas dan resiliensi untuk menghadapi setiap gejolak ekonomi yang bersumber dari eksternal. Penguatan jejaring produksi nasional, konektivitas, pencapaian MDGs, daya saing nasional, serta perluasan ekspansi perusahaan nasional ke pasar luar negeri semakin membutuhkan koordinasi, komunikasi, dan kerja sama lintas sektoral. Menciptakan dan membangun ekonomi kolaboratif dan gotong-royong tidak dapat dilakukan apabila setiap pelaku ekonomi at all cost untuk kepentingan sendiri.

Tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap kepentingan yang lebih luas. Semangat dominatif atas yang lain harus dikurangi dan digantikan dengan semangat keterbukaan, saling memahami, serta berkontribusi. Inilah yang dilakukan sejumlah negara seperti Jepang dan Korea Selatan untuk memperkuat struktur industri dalam negeri serta ekspansinya ke pasar regional-global. Dengan bekal nilai-nilai gotong-royong yang diwariskan oleh pendiri bangsa, kita optimistis akan lebih banyak lagi bentuk-bentuk kerja sama sebagai manifestasi ekonomi kolaboratif di Indonesia.

PROF FIRMANZAH PhD
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Rabu, 11 September 2013

Indeks Kebahagiaan - Orang Indonesia ternyata kurang bahagia


Apa definisi kebahagiaan? kita bisa berdebat panjang pendek, memang sulit. Lebih sulit lagi mengukur kebahagiaan. 

Apapun, badan PBB bernama UN Sustainable Development Solutions  Network (SDSN) pada tahun 2013 ini melakukan survey mengukur indeks kebahagiaan, dengan membandingkan kondisi 156 negara di dunia, menyimpulkan rakyat Indonesia kurang bahagia. Bahkan jika dibandingkan dengan negara ASEAN misalnya Singapore (rangking #30) Thailand (#36), Malaysia  (#56), Vietnam (#63). Negara Indonesia (rangking #76) cuma lebih bagus dari Philipina (#92), Laos (109) ==> Brunai, Kamboja dan TimTim tidak masuk survey. 

Tolok ukur dari kebahagiaan sebuah negara menurut survey ini adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya, antara lain berupa indeks kebebasan, korupsi dan PDB per kapita sebuah negara. Pentingnya mengukur kebahagiaan karena orang-ornag yang secara emosional bahagia memiliki kencedrungan untuk lebih mensyukuri hidup. Selain itu orang-ornag yang tinggal dalam masyarakat yang bahagia maka hidupnya menjadi lebih sehat, produktif, memiliki keperdulian sosial. Pada akhirnya orang-orang dan masyarakat yang behagia akan berdampak positif pada keluarga, lingkungan kerja, masyarakat yang lebih luas.

Hasil survey itu (http://unsdsn.org/files/2013/09/WorldHappinessReport2013_online.pdf), top10 negara yang rakyatnya paling bahagia adalah (#1) Denmark, (#2) Norwegia, (#3) Swiss, (#4) Belanda, (#5) Swedia, (#6) Kanada, (#7) Finlandia, (#8) Austria, (#9) Islandia (#10)Australia. Negara-negara ini terkenal dengan kebijakan Pemerintahnya soal pendidikan, kesehatan dan pensiun. Selain itu mereka juga melindungi kebebasan individu (sebebas-bebasnya) dan concern terhadap lingkungan hidup. 

Survey sangat menekankan pentingnya kesehatan mental (Mental health). Bahkan dikatakan "mental illness is one of the main causes of unhappiness". Selanjutnya disebutkan bahwa kesehatan mental merupakan bahagian penting dari kemampuan individual untuk memberi arti pada kehidupannya antara lain berpengaruh kepada kemampuan belajar, bekerja sesuai minat dan kemampuan mengambil keputusan sehari-hari (rumah tangga, pendidikan, pekerjaan). Kesehatan mental akan berpengaruh pada bagaimana individu berinteraksi sosial, merasa puas dengan kehidupan yang dijalaninya serta kemampuan untuk secara mandiri mengambil keputusan.

Survey ini tidak mengkaitkan kebahagiaan dengan spiritualitas apalagi religiusitas. Kebahagiaan merupakan keseimbangan antara kesejahteraan material, kemudian berpengaruh pada kesehatan mental. Jika keduanya bagua dan seimbang, niscaya indeks kebahagiaan menjadi tinggi. Survey jelas menunjuukan hal ini, paling tidak di negara-negara "agama" menurut survey ini, rakyatnya juga gak bahagia-bahagia amat. Contoh Arab Saudi (#33), Pakistan (#81) dan Iran (#115) ==> Tetapi Israel rangking 11 (:

Akan tetapi indeks kebahagiaan versi UN SDSN, bukan satu-satunya cara yang mencoba mengukur kebahagiaan. Gross National Happiness (www.grossnationalhappiness.com) yang dipelopori raja Jigme Singye Wangchuck IV dari negara Bhutan (negara kecil di kaki Himalaya). Berbeda dengan UN SDSN, menurut teori sang Raja atau kemudian dikenal dengan model Bhutan, kebahagiaan adalah perkembangan yang seimbang antara materi dan spiritual, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan proteksi terhadap kebudayaan tradisional DILETAKKAN di atas perkembangan ekonomi.

Beberapa contoh prinsip Bhutan dalam mencapai kebahagiaan (yang tak terlalu risau dengan pertumbuhan ekonomi adalah:
- Setiap tahun, setiap orang Bhutan harus menanam 10 batang pohon. Walhasil angka cakupan hutan belantara di Bhutan sebesar 72% berada pada urutan nomor 1 di Asia. Sebanyak 26% tanah di seluruah negeri dijadikan taman nasional. Pada 2005 Bhutan memperoleh hadiah “Pengawal Bumi” dari Pelestarian Lingkungan Hidup PBB (United Nations Environment Programme, UNEP).
- Disebelah selatan ibu kota yakni kota kabupaten Chukha terdapat sebuah saluran bawah tanah sedalam 100 meter yang menuju ke PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Bhutan. Demi melindungi hutan dan kontur tanah, proyek yang semestinya bisa diselesaikan dalam tempo 4 tahun, mereka malah memilih waktu 12 tahun untuk menembus gunung sejauh puluhan kilometer. Air salju dari gunung yang tinggi dialirkan ke bawah tanah. Sedangkan pada dinding pembangkit listrik itu dipajang 12 lukisan raksasa tentang kisah sang Budha.
- Oleh karena tidak menghendaki turis yang meluber dapat merusak tradisi kebudayaan dan ekologi, maka barang siapa yang memasuki Bhutan diharuskan membayar biaya visa sebesar US$ 200, membatasi dengan tarif tinggi agar Bhutan tak mengalami pencemaran yang berlebihan yang dibawa dari dunia luar.
- Pada akhir 2004, pemerintah Bhutan mengumumkan perintah pelarangan merokok di seluruh negeri. Ini adalah pelarangan merokok total kali pertama di dunia, para warganya dilarang menghisap rokok di tempat umum maupun lokasi terbuka manapun.
- Bhutan menerapkan aturan umum bahwasanya laki-perempuan harus mengenakan model busana nasional, kaum prianya berupa sepotong rok terusan yang setinggi lutut, disebut sebagai Gol, kaum perempuan dengan model 3 potong, panjangnya mencapai tungkai dan disebut Kira.
- Pengelolaan pertanian harus dengan cara tradisional dan tidak menggunakan pupuk kimia.

Model UN SDSN dan model Bhutan tidak paparel. Paling tidak survey UN SDSN tidak dilakukan di Bhutan, sebaliknya model Bhutan, barulah teoritical model yang belum dicoba diluar negara Bhutan.

Bagaimana dengan Indonesia? Hasil survey UN SDSN, rakyat Indonesia tak terlalu bahagia (rangking #76 dari 156 negara). Penjelasannya jelas didepan mata, walau pertumbuhan ekonomi lumayan, lapisan warga paling atas yang menikmati madu terbesar. Rakyat bawah justru megap-megap melepaskan diri dari himpitan kenaikan harga terus menerus, pendidikan apa adanya, layanan birokrasi yang buruk dan korup. Walau rakyat Indonesia memiliki religiusitas yang tinggi, hal itu mungkin hanya berperan sebagai buffer yang membuat rakyat lebih sabar dan tahan tekanan. Namun kondisi ini tidaklah membuat rakyat bahagia secara emosional. 

Seperti penjelasan sebelumnya orang-orang yang tidak bahagia akan membuat masyarakat sekitarnya juga tak bahagia. Akhirnya Negara secara keseluruhan menjadi kurang bahagia.

Sebagai penutup, untuk Indonesia, hasil survey ini penting dimaknai sebagai kebutuhan rakyat untuk hidup lebih baik. Tak perlu malu mengakui memang ada latent problem dibalik semua indikator ekonomi yang dibangga-banggakan. Indeks kebahagiaan (versi UN SDSN) ini mewakili silent voice dari rakyat yang ingin memperbaiki taraf hidup.
Saya yakin, mau pakai model manapun (model UN SDSN atau pakai model Bhutan) saya kira hasilnya gak akan jauh berbeda. Atau mau develop model kebahagiaan sendiri? model Indonesia?

Oka Widana
@ahli_keuangan
@owidana
okawidana.blogspot.com
solusi-kampiun.blogspot.com

Kamis, 05 September 2013

20 Etika untuk Penumpang KRL JABODETABEK (Commuter Line)


Etika bukan peraturan, jadi tidak mengikat dan tidak ada sanksi bila tidak dilaksanakan. Akan tetapi, jika etika dilaksanakan dengan disiplin maka semua pihak akan mendapatkan manfaat, yakni penumpang dan penyelenggara layanan (KAI).

Daftar Etika ini adalah dokumen terbuka yang setiap saat bisa berkurang atau bertambah, atas masukan dari sesama penumpang Commuter Line.


  1. Setiap penumpang hendaknya berpakaian bersih (tidak harus bagus) dan tidak bau keringat (bau badan). Suasana kereta yang sangat padat (bergerakpun sulit),akan menjadi semakin tidak nyaman apabila ada penumpang yang berbaju kotor atau berbau badan (bau keringat)
  2. Tidak merokok diarea stasiun (diarea peron maupun diluar peron). Anda membuat orang lain menjadi passive smoker dan baju Anda menjadi bau rokok, mengganggu penumpang lain.
  3. Usahakan menggunakan ticket multi-trip, bukan single trip. Multi trip mengurangi antrian di loket ketika masuk atau keluar stasiun. Dengan Multi-trip, antrian di loket ketika masuk atau keluar akan terhindarkan, dan karenanya tidak menambah ruwet arus penumpang masuk ke stasiun atau keluar stasiun.
  4. Ketika kereta sudah mendekat, padahal Anda masih di peron sebelah, jangan nekad menyeberang. Nyawa Anda memang urusan Anda, tetapi apabila sampai terjadi kecelakaan perjalanan kereta pasti terganggu J. Anyway, fikirkan keluarga dirumah menanti Anda.
  5. Berdoa menurut ajaran Agama masing-masing sebelum menaiki gerbong sangat dianjurkan. Walaupun kita percaya persinyalan PT. KAI sudha baik, doa kepada Tuhan YME demi keselamatan semua tak ada salahnya bukan?
  6. Tak usaha dorong-dorongan ketika hendak masuk gerbong. Jika sudah penuh jangan memaksakan diri. Kasihan penumpang didalam gerbong terutama wanita dan anakanak, karena akan tergencet. Masih ada Commuter Line yang akan lewat. Jika enggan kesiangan, berangkatlah lebih pagi.
  7. Jika memang masih ada tempat didalam gerbong, Anda harus mau bergeser ketika ada penumpang yang akan masuk. Keengganan penumpang untuk bergeser, kearah tengah gerbong, membuat area sekitar pintu-pintu gerbong menjadi sangat padat.
  8. Penumpang yang hendak turun adalah prioritas. Bagi penumpang yang ada didalam gerbong, berikan kesempatan (jalan). Demikian pula kepada penumpang diluar gerbong yang hendak naik, memberikan kesempatan kepada penumpang yang turun.
  9. Tak perduli apakah wanita apalagi laki-laki sehat, berikan tempat duduk Anda pada manula (laki-laki atau wanita), anak kecil, wanita yang menggendong/bersama anak kecil, wanita hamil dan siapa saja yang sakit. Banyak penumpang (terutama yang wanita) tak memiliki kesadaran ini, berharap supaya penumpang laki-laki yang memberi tempat duduknya. Coba bayangkan penumpang manula itu ayah atau ibu Anda, gimana coba?
  10. Apabila Anda sedang terkena influensa (flu), batuk atau penyakit menular lainnya, selalu pakai masker. Lebih baik Anda tak berangkat melainkan istiraha saja di rumah. Jangan buat dosa dengan menjadi sumber penularan penyakit.
  11. Penumpang didalam gerbong boleh saja menelpon atau terima telpon. Tetapi, jagalah agar Anda tidak bersuara keras (teriak) yang bisa mengganggu penumpang lainya. Kalo saya biasanya sesegera mungkin menyudahi pembicaraan dengan janji akan dilanjutkan setelah tururn dari Commuter Line.
  12. Untuk menghilangkan kebosanan, penumpang bisa mendengarkan lagu (hanya) menggunakan headphone. Menikmati sih syah-syah saja, tapi tolong jangan sambil bergumam atau atau bernyanyi mengikuti lagu walau dengan suara kecil. Mengganggu banget tahu....!!
  13. Jangan membawa bagasi yang berlebihan baik dari ukuran maupun jumlahnya.
  14. Tidak membawa barang bagasi yang mengeluarkan bau-bauan yang dapat mengganggu penumpang lain semisal durian.
  15. Jangan membawa bagasi berupa mahluk hidup/peliharaan seperti anjing dan kucing. Itu namanya Anda menyiksa hewan tersebut dan penumpang lainnya.
  16. Apabila membawa tas rangsel, jangan diletakkan dibelakang punggung atau didepan dada, karena kedua posisi itu akan mempersempit ruang. Anda bisa simpan rangsel  di tray diatas tempat duduk penumpang atau jika And aberdiri taruh dibawah diatas jari kaki Anda.
  17. Jangan duduk dilantai gerbong atau membawa tempat duduk portable kedalam gerbong. Kedua hal itu akan mengurangi ruang gerak penumpang.
  18. Tak perlu berebut turun gerbong ketika sampai stasiun tujuan, daripada membuat orang lain atau Anda sendiri jatuh terpeleset dari gerbong. Penumpang yang berdiri dekat pintu, mungkin Anda sebaiknya turun dahulu untuk melancarkan arus penumpang yang hendak turun.
  19. Tak usah grasa-grusu (buru-buru) ketika antri melakukan tap out di gate stasiun tujuan. Antrian yang rapih dan tertib justru akan mempercepat proses.
  20. Berebut ojeg atau taxi diluar stasiun juga mencerminkan budaya yang buruk. Anda malah membuat tukang ojek/taxi menjadi tak tertib, akibatnya lalu lintas sekitar stasiun macet.


Percayalah bilamana kita semua memperhatikan dan menjalankan 20 etika diatas dengan konsekwen, naik COMMUTER LINE (KRL Jabodetabek) akan lumayan nyaman, walaupun masih sering telat dan padatnya ampun-ampunan.


Oka Widana
okawidana.blogspot.com
ahlikeuangan-indonesia.com
@owidana
@ahli_keuangan
id.linked.com/in/okawidana

Rabu, 07 Agustus 2013

Makna Iedul Fitri : bukan hari kemenangan



Setiap tahun ketika hari-hari akhir ramadhan, dan iedul fitri menjelang, selalu saja aroma perayaan makin terasakan. Di berbagai pasar, mall penuh sesak dengan orang-orang yang hendak berbelanja bahan makanan dan pakaian untuk menyambut hari raya itu. Segenap iklan, banner dimedia cetak dan terutama televisi, bahkan pada acara-acara berita, infotainment dan feuture, seakan berlomba mendorong keriaan dengan menawarkan belanja. Belakangan sering sekali saya lihat slogan menyambut iedul fitri berbunyi “Raih hari kemenangan” . Bagi saya konotasi “raih kemenangan” seakan kita telah melewati suatu cobaan dengan baik dan kemudian saatnya merayakan dan berpesta.

Iedul fitri (dan iedul adha) memang sebuah perayaan. Hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang bisa dipakai acuan mengenai sejarah iedul fitri (dan iedul adha) jelas menyatakan hal itu, “Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu (hari raya pra Islam, note saya) dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.” (Abu Dawud dan an-Nasa’i). Dalam kesempatan berbeda, sahabat Nabi yakni Abu Bakar, menegur beberapa wanita yang bernyanyi-nyanyi dirumah Nabi. Dalam hal ini Nabi kemudian bersabda, “Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita” (HR Bukhari).

Walaupun hadist Nabi diatas mengungkapkan bahwa iedul fitri adalah hari raya, namun dalam konteks berakhirnya Ramadhan, saya kira yang paling tepat dirayakan tidak dengan sembarang pesta, melainkan pesta atau festival perwujudan rasa syukur.

Perayaan iedul fitri merupakan penanda berakhir ramadhan. Rasa syukur itu dalam tradisi di Indonesia (berlaku juga di Malaysia, Brunai dan negara-negara lain), diwujudkan dengan menjalin dan mempererat silaturahmi, antar orang tua dan anak, antar saudara, antar tetangga. Ungkapan maaf lahir batin kepada sesama, merupakan pelengkap rangkaian ibadah ritual selama ramadhan, yang Allah janjikan sendiri akan diganjar dengan ampunan dosa-dosa. Orang Islam percaya bahwa dosa akibat membangkang perintah Allah bisa diampuni melalui puasa, sedangkan dosa-dosa kepada sesama manusia, harus tetap meminta maaf secara langsung kepada yang bersangkutan.

Ramadhan sendiri juga merupakan pesta, yaitu pesta spiritual, dimana Allah membuka pintu lebar-lebar dalam memberikan pahala, berkah dan ampunan dosa. Setiap amal baik akan diganjar pahala berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan diluar ramadhan. Akan tetapi jika kita renungkan lebih dalam, sebenarnya Ramadhan adalah bulan yang sengaja ditentukan Allah, sebagai bulan latihan.  Bulan dimana umat, melatih dirinya  menekan nafsu jasmaniah, menaham amarah, tidak melakukan perbuatan yang dilaknat agama, menambah amalan-amalan ritual siang dan malam hari, membaca dan mempelajari kita suci (Al Quran) dan lain-lain selama sebulan penuh.

Bukankah yang tersirat dari perintah Allah yang diapakai sebagai dasar menjalankan puasa dibulan Ramadhan, “Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah: 183), adalah bahwa puasa (dan ibadah serta amalan lainnya) merupakan bagian proses menjadi manusia bertaqwa? PROSES..ya benar. Manusia bertaqwa akan sangat sulit dicapai hanya dnegan berupasa sebulan penuh. Itu adalah maqom (tingkatan) spiritual manusia yang dicapai setelah berjuang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya secara kaffah dan konsisten sepanjang hidup. Proses yang tiada henti, pastinya.

Bagi saya. slogan menjelang iedul fitri “Raih Kemenangan” dan sejenisnya sangat tidak tepat. Melewati bulan ramadhan, bukan berarti memenangkan sesuatu. Itu adalah bulan latihan, penempaan diri agar dibulan-bulan berikutnya kita menjadi orang lebih baik. Tak akan ada artinya, bila setelah ramadhan, seolah kuda liar yang dilepaskan dari kekangnya? Korupsi dan maling dikerjakan lagi? Menipu tak jadi haram lagi? Berbuat maksiat tak memalukan lagi? Mengumbar amarah dan murka tak lagi dosa?

Ya bulan latihan. Keberhasilannya ditunjukkan bukan dengan kemeriahan perayaan kelulusan atau wisuda berbentuk iedul fitri. Melainkan, sekali lagi, apakah kita secara pribadi menjadi lebih baik setelah ramadhan? Disamping yang fardhu-fardhu…Tadurus masih terus, puasa (Senin Kamis) tetap rajin, salat malam (tahajud) tak pernah tertinggal, enggan bohong dan berjinah, tak suka barang haram dan lainnya.

Tak salah dan bukan bid'ah jika iedul fitri diisi saling memaafkan, berkunjung kehandai taulan. Namun  harap diingat, iedul fitri adalah awal proses ketaatan menuju ketaqwaan sampai ramadhan berikutnya. 

Oka Widana
@owidana
@ahli_keuangan
okawidana.blogspot.com
solusi_kampiun.blogspot.com
ahlikeuangan-indonesia.com

Rabu, 08 Mei 2013

Kemendagri: e-KTP yang Sudah Di-fotocopy Tak Ada Gunanya Lagi ...

Model kebodohan apa lagi ini? atau memang nasib bangsa ini yang selalu dibodohi para pemimpinnya yang bodoh?

Jelaslah bahwa dalam urusan apapun di Indonesia, bukan hanya berurusan dengan aparat Kemendagri seperti Lurah, Camat dst beserta organ-organnya, memerlukan fotocopy KTP. Urusan dengan instansi lain sebangsa bank, Polisi, Pajak dll juga perlu fotocopy KTP. Menyediakan reader untuk e-KTP untuk semua instansi itu (beserta cabang-cabangnya) perlu berapa besar biayanya? siapa yang mau nanggung?

Pejabat selevel Dirjen ini aneh dalam menjelaskan, apa wartawan salah kutip. Tidak gampang rusak, tapi difotocopy aja rusak. Bedanya fotocopy dengan scaner apa? jadi setelah di scan 1 kali, e-KTP rusak juga? Fotocopy atau mesin scanner kan berkerjanya dengan  prinsip magnetik (electro-static), yang timbul karena dokumen dipanaskan (pakai cahaya). Berapa besar sih energi pemanasan  yg dipakai mesin fotocopy?  Ini gimana waktu pengadaan blangko e-KTP? mosok chip nya serapuh itu?  saya banyak punya kartu kredit  yg pakai chip, dan telah di fotocopy berpuluh kali, aman-aman aja tuh ketika dipakai belanja.

Penjelasan sang Dirjen yang kita gaji dari pajak yang dipotong dari penghasilan hasil keringat darah kita, simpli mengandung pesan bahwa kita kemana-mana harus bawa asli e-KTP dan fotocopynya. Jadi kalo perlu fotocopy e-KTP, harus memfotocopy fotocopy e-KTP. Kalo ada yg khilaf karena memfotocopy lebih dari satu kali e-KTP, maka berarti harus datang lagi ke kelurahan ngurus e-KTP? duit lagi.....

Tepok jidat.

Oka Widana
okawidana@blogspot.com
www.ahlikeuangan-indonesia.com
solusi-kampiun.blogspot.com
@ahli_keuangan
@owidana



Kemendagri: e-KTP yang Sudah Di-fotocopy Tak Ada Gunanya Lagi

Septiana Ledysia - detikNews

Jakarta - Kementerian Dalam Negeri memberi penjelasan soal surat edaran menteri tentang larangan e-KTP di-fotocopy. Larangan itu dibuat agar e-KTP tidak mudah rusak dan fungsinya tidak berubah.

Dirjen Administarasi Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri Irman mengatakan, tujuan surat edaran bernomor: 471.13/1826/SJ tertanggal 11 April 2013 itu untuk melaksanakan amanat UU dan keputusan presiden. Sudah 130 juta e-KTP dibagikan kepada masyarakat.

Surat Edaran Mendagri Ditujukan untuk semua menteri, kepala lembaga pemerintahan non kementrian, kepala lembaga lainnya, kepala kepolisian RI, Gubernur BI atau para pimpinan Bank, Para Gubernur, Para Bupati atau walikota.

"Begitu difotocopy kegunaannya e-KTP tidak ada lagi. Karena sama aja kayak KTP lama, chipnya tidak terbaca. Karena kalau difotocopy chipnya sudah tak berguna lagi," kata Irman saat jumpa pers di Kemendagri, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (8/5/2013).

"Itu agar betul-betul fungsinya terwujud," sambungnya.

Di dalam surat edaran, Imran mengatakan, ada instruksi agar di setiap jajaran pemerintah menggunakan card reader supaya fungsi e-KTP berjalan. Tak perlu lagi ada budaya fotocopy KTP dalam urusan administrasi.

"Bukan mudah rusak. Kita mencegah adanya kerusakan," terangnya.

Imran pun memberikan solusi agar e-KTP tak rusak. Cukup satu kali saja dikopi, setelah itu kopiannya yang diperbanyak. Bukan dari kartunya.

"Jadi tidak boleh di-fotocopy bukan karena chipnya rendah, kalau difotocopy fungsi e-KTP nggak ada kalau difotocopy nggak ada bedanya sama KTP biasa," tegasnya.

Senin, 29 April 2013

Uje


Almarhum Jefri Al Buchori (meninggal 26/04/2013), beken dipanggil dengan Ustad Jefri atau Uje, memang fenomenal.   Uje dikenal sebagai ustad gaul, karena dalam mengantarkan ceramahnya mengambil tema-tema "gue banget", menyampaikan dalam bahasa yang populardan menggunakan gesture yang ramah. Belakangan gaya busana Uje bahkan menjadi acuan, khususnya dalam menggunakan baju muslim. Perjalanan hidupnya, sudah ramai diceritakan diberbagai media TV, surat kabar, tabloid dan blog.

Banyaknya masyarakat yang menyukai sosok maupun isi ceramah Uje, dibuktikan dengan berpuluh ribu orang men-shalati dan mengantarkan jenazah ke pemakaman di Karet Tengsin, Jakarta. Belum lagi puluhan juta pasang mata simpati, yang mengikuti berbagai macam acara TV terkait dengan berpulangnya Uje ini.

Uje, bukannya tanpa kritik, pertama-tama yang ditujukan kepada konten isi ceramahnya. Tidak jelek, karena dalam hal mengajak orang berbuat baik, tak ada istilah jelek. Bagi saya, lebih pas menyebut, jika ceramah agama Uje memang ditujukan untuk lapis masyarakat yang hendak mendengar ceramah agama yang cair. Pendekatan isi ceramah Uje, hal-hal yang ringan utamanya mengenai masalah sehari-hari. Ceramah Uje banyakan berisi nasehat (tausiyah). Bandingkan misalnya dengan isi ceramah Prof. Quraisy Shihab atau Prof. Said Agil Al Munawar yang "heavy", karena berisi hukum dan tafsir Quran. Gaya Uje, lebih menyerupai gaya seorang motivator.

Istilah atau title “ustad”  sebenarnya mengandung pengertian (1) guru atau (2) pakar yang ahli dibidang tertentu dan mengajarkan pada yang lain atau (3) julukan (sebutan) akademis level tinggi di universitas. Pendeknya seorang ustad adalah pakar atau spesialis tingkat tinggi. Contohnya seseorang baru afdol dipanggil ustad, dalam ilmu Sastra Arab  misalnya, apabila ybs memiliki keahlian setidaknya ilmu nahwu, shorof, bayan, badi’, ma’ani, adab, mantiq, kalam, perilaku, ushul fiqih, tafsir dan hadits.

Memang harus diakui khususnya di Indonesia istilah ustad mengalami degradasi makna, sehingga hanya menjadi (1) orang yang memiliki kemampuan ilmu agama (sedikit atau banyak, real atau cuma persepsi) dan (2) bersikap serta berpakaian layaknya orang alim. Nah, parahnya karena ustad merupakan title yang sifatnya kehormatan, maka tak ada lembaga yang melakukan sertifikasi, apakah seseorang benar-benar layak menyandang panggilan ustad. Belakangan banyak pula complen terhadap ustad-ustad karbitan, yang ndompleng tenar melalui TV bahkan infotainment, jadinya keberatan nama. Tapi saya emoh ah, menunjuk hidung, biarlah sidang pembaca mereka-reka siapa yang saya maksud.

Balik ke Uje, saya tegaskan bahwa saya tak dalam posisi menilai Uje layak atau tidak disebut ustad. Saya juga bukan polisi moral. Ya kita berprasangka baik saja.

Akan tetapi, harus akui bahwa gaya hidup Uje (paling tidak sebagaimana yang terungkap lewat media TV) memang beda dengan ustad tradisional yang biasanya hidup sederhana, menghindari sorotan media. Ustad tradisional yang terbilang senior, umumnya memiliki majelis taklim sendiri, membina masjid, mengembangkan pesantren atau sekolah agama. Saya tak paham apakah Uje punya pesantren atau tidak. Yang saya ketahui, Uje memanfaatkan dengan maksimal peran media. Bahkan, bukan hanya uje pribadi yang menjadi sorotan, istri dan anaknya pun terkenal. Uje mirip selebritas, kemana-mana menggunakan mobil tidak murah dan moge.

Saya berpendapat, seorang ustad tak harus miskin, walau tak perlu pamer. Ustad adalah profesi seperti halnya banker dan dokter, sehingga patut menikmati jerih payah dari profesinya. Walau, ada etika, bahwa dalam mengajarkan ilmu agama, termasuk kelas penceramah motivator, tak boleh komersial. Artinya, memberikan ceramah tak boleh menentukan tarif.

Anyway, kita telah kehilangan orang baik, penceramah agama yang bagus dan USTAD yang banyak disukai masyarakat. Uje bukan termasuk golongan ustad yang nyinyir mengomentari hal-hal absurd macam eyang Subur versus Adi Bing Slamet, sotoynya acara Khazanah Trans 7, kontroversi ucapan Natal dst. Uje, yang saya ingat dalam berbagai ceramahnya, istiqomah mengajak orang berbuat baik.

Sesungguhnya semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya. 


Oka Widana
www.okawidana.blogspot.com
www.ahlikeuangan-indonesia.com
www.solusi-kampiun.blogspot.com
@owidana
@ahli_keuangan

Senin, 22 April 2013

Adi Bing Slamet dan Eyang Subur


Mungkin hanya ada di Indonesia, seorang artis kelas sinetron ecek-ecek, Adi Bing Slamet (ADS) membuat kehebohan hanya karena meng-konferesi press-kan mantan penasihat spritualnya, Eyang Subur (EY). Yang ributkan adalah tuduhan ADS, bahwa EY menyebarkan ajaran sesat dan penistaan agama.

Kehebohan bermula dari konferensi press itu untuk media infotainment, kemudian menjadi berita nasional karena ADS menemui anggota DPR untuk mengadukan EY ini, kemudian anggota DPR hendak memanggil EY, walau belakangan gak jadi karena masyarakat yang protes banyak. Tak kurang Front Pembela Islam (FPI) dan MUI, ikut-ikutan terlibat. FPI kecuali dalam hal EY memiliki istri 8, yang notabene tidak diperbolehkan dalam agama Islam, menyatakan bahwa tak ada kesesatan pada EY. MUI dalam bahasa yang tak jauh berbeda, menyebut EY menyimpang, karena istrinya yang berjumlah 8 tersebut serta adanya praktek perdukunan yang dilakukan EY. FPI dan MUI kelihatannya satu suara, EY tidak sesat, melainkan menyimpang. Gampangnya berbuat dosa, dengan praktek berisitri 8 dan perdukunan.

So?

ABS masih penasaran, mungkin masih akan dibawa ke Polisi bahkan kalo bisa diadukan langsung ke Presiden.

Untuk saya, fenomena ini paling tidak menggambarkan tiga hal.

Pertama, bangsa ini mudah dibodohi. Pembodohan berbalut komersialisasi dan popularitas. Ini kan cuma masalah pribadi antara ABS  dan ES. Penggorengan berita tidak membawa manfaat sosial apapun, hanya  menguntungkan segelintir pemain media, serius atau setengah serius. ABS mestinya menerima keuntungan sedikit atau banyak, jika tidak dalam bentuk materi, setidaknya namanya menjadi popular. Tak pantas bagi anggota DPR, MUI bahkan organisasi semacam FPI mau dilibatkan. Atau mungkin karena mau numpang popular juga?

Kedua, soal praktek perdukunan bukan gejala aneh di Indonesia. Paling gampang lihat saja aneka acara di TV, yang  mewartakan  berbagai pengobatan alternative. Entah dibungkus menggunakan nama pengobatan herbal, Chinese medicine, tenaga prana atau apapun. Master-master ilmu ghaib seperti ki Joko Bodo dan Permadi, bukannya juga selevel selebritas? Tukang ramal, pakai tarot horoskop maupun feng shui, juga sering muncul di TV. Kenapa MUI gak rebut?

Sedikit catatan , saya anggap feng shui, horoskop, kartu tarot dan lain-lain masih dalam satu atataran.  Semuanya bukan science, palingan pseudo sciene kalo tak mau disebut para normal.  Dukun dan pengobatan alternatif laku, karena dokter dan rumah sakit mahal.

Ketiga soal ajaran agama. Betapa hal-hal mendasar soal poligami,  baca surat  al Fatihah dan shalat (dalam kasus EY, lihat http://showbiz.liputan6.com/read/568080/mui-minta-eyang-subur-tobat-seperti-adi-bing-slamet), umat masih banyak belum becus.  MUI ngapain ngurusin seorang ABS atau EY? Kalopun riase the concern, seharusnya sebagai cambuk bagi MUI untuk mempertajam strategi dakwahnya? Saya melihat malahan MUI sekarang jadi penasehat spritualnya ABS.

Terakhir, jika ABS dan rekan-rekannya bertahun-tahun menjadi murid ES maka logikanya murid gak akan lebih pintar dari guru. Kita bisa bayangkan bagaimana kualitas pengetahuan agama dari para murid ketiga sang guru ES gak becus baca al Fatihah dan gak ngerti bagaimana menjalankan shalat. Lalu dimana rationale nya ketika sang murid (mantan) menuduh sang guru sesat?  (orang “sesat” menuduh orang lain “sesat”).  Apalagi konon ABS sudah tobat (tobatan nasuha, begitu kyai dari MUI bilang). Orang yg sudah tobat, bukannya fokus pada memperbaiki kualitas diri, malah buat keributan dan membuka aib orang lain.

Nampaknya episode ABS dan ES belum akan berakhir.

Oka Widana
www.okawidana.blogspot.com
www.solusi-kampiun.blogspot.com
www.ahlikeuangan-indonesia.com
@owidana
@ahli_keuangan

Minggu, 07 April 2013

Soal hukuman untuk anggota Kopasus yang nyerbu LP. Cebongan


Saya setuju bahwa oknum Kopasus ketika menyerbu LP Sleman tidak perlu dipuji. Mosok ditolerir aksi macam Rambo yang menghambur-hamburkan peluru, membunuh 4 orang yang sedang dibawah tanggung jawab aparat Negara (LP). Yang melanggar Undang-undang harus dihukum terlepas Kopasus atau aparat TNI lain, Polisi atau anggota Komnas HAM. Tetap juga, bahwa kesalahan itu tidak serta merta menghapus jasa-jasa yang telah pernah mereka lakukan atau mengubur nama harum Kopasus atau TNI. Kita perlu melihat sisi lebih luas.

Komnas HAM, Kontras dan LSM sebangsanya sudah bawaan orok, memiliki sikap selalu memusuhi TNI. Jelas bahwa mereka dapat duit dari sikap tersebut, makanya wajar mereka akan konsisten memusuhi TNI. Contoh artikel dari detik.com, saya copaskan dibawah. Justru kenyataan menunjukkan diberbagai media online maupun offline, lebih banyak dukungan pada Kopasus. Terlepas caranya, tetapi ini seperti mewakili ke-eneg-an dengan carut marutnya keamanan dan ketidak-mampuan Polisi menanganinya.

Preman dari malak parkir liar sampai preman berjubah, seenaknya berkeliaran dan merugikan rakyat. Mereka seperti diatas hukum, entah karena sudah saking banyaknya sehinga menyulitkan untuk menanggulanginya atau emang dipelihara.

Seperti saya sudah tuliskan diawal, jelas bahawa 11 adik-adik angota Kopasus itu salah, tidak patuh kepada Komandan dan tidak menghormati institusi Negara (LP). Akan tetapi terang benderang bahwa 11 anggota Kopasus lebih berharga dari 4 orang preman.

Saya paham bahwa nyawa manusia tidak terhingga harganya, mau preman atau bukan. Yang saya maksudkan, jika kita menggunakan pendekatan azas kemanfaatan, jasa pengabdian bagi rakyat dan Negara, jelas 11 anggota Kopasus lebih bermanfaat daripada 4 preman.

Ibarat anak kita dirumah, jika berbuat baik dan berprestasi kita berikan pujian dan hadiah, sebaliknya jika nakal atau berbuat salah kita akan hukum. Namun anak tetap anak, tidak ada yang bisa merubah status itu. Demikian juga anggota Kopasus dan TNI lainnya adalah anak rakyat.  Normatif bahwa mereka harus dihukum. Kita serahkan ke Pengadilan Militer, karena selalu Pengadilan Militer menghukum lebih berat daripada Peradilan Umum. Walaupun bagi saya aneh  nih Komnas HAM, mereka menuntut dilakukan di Pengadilan sipil (Pengadilan Umum). Pengadilan Umum yang dalam banyak kasus sangat tidak reliable, malah disorong-sorong –mengadili anak-anak Kopasus ini.  

Kalo boleh, maka anak-anak ini dihukum dengan adil dan wajar, dengan mengingat pengabdian pada negara dan rakyat yang telah mereka lakukan. Biarkan mereka melanjutkan pengabdiannya itu.

Siapa lagi sih yang bisa diandalkan oleh rakyat dan Negara selain TNI, mulai dari jaga perbatasan, pulau terluar, urusan bencana alam sampai urusan sampah?  Jelas bahwa anggota Komnas HAM yang cuma jualan abab, bukan bagian rakyat dan Negara Indonesia yang bisa diandalkan.


Oka Widana
@owidana
www.ahlikeuangan-indonesia.com

*abab=air liur



Senin, 08/04/2013 08:46 WIB

Oknum Kopassus yang Serbu LP Sleman Tak Pantas Dipuji


Jakarta - 11 Oknum Kopassus yang menyerbu LP Sleman tak pantas dipuji. Mereka, sebagai abdi negara seharusnya patuh pada hukum bukan dengan melawannya. Aksi mereka malah memperkuat bahwa prajurit saja sudah tak percaya hukum. Bagaimana masyarakat?

"Kalau perbuatan seperti itu mendapat pujian, negara sudah kacau balau. Sudah tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, sesuai UU," jelas Ketua Komnas HAM Siti Noor Laela saat berbincang, Senin (8/4/2013).

Siti pun miris dengan banyaknya pujian yang mengalir bagi oknum Kopassus itu dari purnawirawan TNI dan masyarakat. Bisa dibayangkan, pujian itu justru membuktikan mereka tak percaya dengan hukum.

"Seharusnya prajurit itu membela negara, patuh UU bukan alasan membela korps," tuturnya.

Siti berharap, pemerintah segera bertindak tegas. Krisis kepercayaan pada hukum tengah melanda, salah satu buktinya terjadi pada prajurit TNI yang menyerbu LP Sleman.

"Kalau hukum sudah tidak dipercaya lagi, terjadi krisis di masyarakat, yang harus dibenahi proses penegakkan hukum," tutupnya.

(ndr/fdn)

Minggu, 17 Maret 2013

Mohon bantuan mengisi dan menyebarkan SURVEY (disertasi)


Bapak/Ibu/Mas/Mbak/ sahabat saya sekalian…

Saat ini  tengah mengikuti program PhD (S3) pada Sekolah Bisnis dan  Manajemen, Institut Teknologi Bandung. Untuk kepentingan penulisan disertasi saya dengan topik "Dampak Market Orientation dan Islamic Based Relationship Marketing pada Kinerja Bank  Syariah di Indonesia", saya memerlukan bantuan Bapak/Ibu/Mas/Mbak sekalian mengisi survey via link : 

Survey ini hanya diperuntukkan bagi Bapak/Ibu/Mas/Mbak sekalian yang sedang bekerja di Bank Syariah (Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah). Jika Bapak/Ibu/Mas/Mbak sekalian tidak bekerja di Bank Syariah, Bapak/Ibu/Mas/Mbak  tidak perlu melanjutkan survey ini.  

Pelaksanaan survey ini tidak terkait langsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan/profesi saya sekarang. Saya menyatakan dengan ini bahwa hasil Survey hanya untuk kepentingan  ilmiah dan bersifat rahasia. 

Mohon bantuan Bapak/Ibu/Mas/Mbak sekalian mengisi Survey ini dengan sebaik-baiknya, yang akan memakan waktu sekitar 15-20 menit.

Saya akan sangat menghargai bila Bapak/Ibu/Bapak/Ibu/Mas/Mbak sekalian juga berkenan meneruskan informasi mengenai survey ini (https://www.surveymonkey.com/s/Indonesia_IB) kepada  rekan-rekan lain dilingkungan Bapak/Ibu/Mas/Mbak bekerja atau di Bank Syariah lainnya.

Bila ada pertanyaan atau diskusi dapat menghubungi saya dialamat email: gusti.ngurah@sbm-itb.ac.id.

Semoga bantuan Bapak/Ibu/Mas/Mbak dapat menjadi ladang amal disisi Allah SWT.

Jazakallah khairan dan salam hormat.


Oka Widana
oka.widana.blogspot.com
www.ahlikeuangan-indonesia.com
@ahli_keuangan
@owidana

Minggu, 24 Februari 2013

Kucrut

Beberapa kawan dekat, mungkin sering mendengar saya ngedumel atau memaki, "Kucrut!!", entah kepada orang lain atau situasi yang tidak menyenangkan hati saya. Jika ada yang  bertanya, apasih artinya "kucrut"... saya pun tak tahu. Belakangan saya googling, dan ternyata "kucrut" adalah nama band, nama web bahkan nick name seseorang...maaf deh. Tetapi apapun, saya belum berniat menghapus kata "kucrut" dalam koleksi grundelan saya.

Saya akui, belakangan bukannya berkurang, frekwensi saya memaki malah bertambah. Ada saja hal-hal yang tidak berkenan. Dari mulai situasi lalu lintas, anak buah dikantor yang cuek dengan dead line, tugas-tugas kuliah saya yang kedodoran sampai kondisi rumah yang berantakan ketika saya pulang kantor. Kucrut!!!

Sebenarnya mingsuh (bahasa jawa, yang artinya memaki) adalah cerminan ketidak-berdayaan dan berkurangnya kesabaran. Tidak berdaya, karena apapun yang telah dilakukan tidak pernah cukup. Ketidakcukupan itulah yang kemudian menggerus kesabaran. Tentu jangan sampai  kesabaran habis, kemudian yang tersisa adalah keputu-asaan. Kucrut!!!

Dalam hidup ini, kita bertemu dengan banyak peristiwa sedih atau gembira, menyenangkan atau mengecewakan. Kita kehilangan kawan lama,  namun bertemu sahabat baru. Mungkin pernah kita dihianati, dirugikan,  kendati sering pula kita dibantu, dimudahkan. Semua peristiwa menjadikan diri kita hari ini, memperkuat hati dan menambah kebijakan.  Sebagaimana tulisan saya sebelumnya, "Ujian" (http://okawidana.blogspot.com/2012/07/ujian.html), semua kesulitan seharusnya menjadikan diri kita lebih baik jika berhasil melampauinya.

Btw, beberapa hari lalu saya mendengar kabar mengenai seseorang yang pernah merugikan saya (gak perlu saya ceritakan detailnya lah). Kelihatan sekali tak ada rasa bersalah, boro-boro penyesalan. Terus terang saya bertanya dalam hati, "Kok bisa ya, Tuhan tidak menghukum orang ini, karena perbuatannya kepada saya?".  Saya agak lama merenungi ini, baru mendapat jawaban, "Manusia tak perlu ngatur-ngatur Tuhan, karena Dia memiliki rencanaNya sendiri. Mungkin bukan keburukan kepada orang itu yang Tuhan turunkan, melainkan semakin banyak kebaikan yang Tuhan berikan kepada saya**".  Kucrut!!

Benar. Walaupun orang itu, dan orang-orang lain yang pernah membuat saya susah, berhasil mengacaukan fikiran dan fokus saya, tetapi tak pernah mampu merusak hidup saya. Saya malah bersyukur Tuhan telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbuat kebaikan yakni memaafkan perbuatan orang itu kepada saya. Walau kemudian saya tetap minta dispensasi kepada Tuhan, untuk dapat mingsuh, karena bagaimanapun saya cuma manusia. Kucrut!!


Oka Widana
@owidana
@ahli_keuangan
www.ahlikeuangan-indonesia.com
okawidana.blogspot.com





**[Quran An Nahl (16):1]
Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.