Mungkin hanya ada di Indonesia, seorang artis kelas sinetron
ecek-ecek, Adi Bing Slamet (ADS) membuat kehebohan hanya karena meng-konferesi
press-kan mantan penasihat spritualnya, Eyang Subur (EY). Yang ributkan adalah
tuduhan ADS, bahwa EY menyebarkan ajaran sesat dan penistaan agama.
Kehebohan bermula dari konferensi press itu untuk media
infotainment, kemudian menjadi berita nasional karena ADS menemui anggota DPR
untuk mengadukan EY ini, kemudian anggota DPR hendak memanggil EY, walau
belakangan gak jadi karena masyarakat yang protes banyak. Tak kurang Front
Pembela Islam (FPI) dan MUI, ikut-ikutan terlibat. FPI kecuali dalam hal EY
memiliki istri 8, yang notabene tidak diperbolehkan dalam agama Islam,
menyatakan bahwa tak ada kesesatan pada EY. MUI dalam bahasa yang tak jauh
berbeda, menyebut EY menyimpang, karena istrinya yang berjumlah 8 tersebut
serta adanya praktek perdukunan yang dilakukan EY. FPI dan MUI kelihatannya
satu suara, EY tidak sesat, melainkan menyimpang. Gampangnya berbuat dosa,
dengan praktek berisitri 8 dan perdukunan.
So?
ABS masih penasaran, mungkin masih akan dibawa ke Polisi
bahkan kalo bisa diadukan langsung ke Presiden.
Untuk saya, fenomena ini paling tidak menggambarkan tiga
hal.
Pertama, bangsa ini mudah dibodohi. Pembodohan berbalut
komersialisasi dan popularitas. Ini kan cuma masalah pribadi antara ABS dan ES. Penggorengan berita tidak membawa
manfaat sosial apapun, hanya
menguntungkan segelintir pemain media, serius atau setengah serius. ABS
mestinya menerima keuntungan sedikit atau banyak, jika tidak dalam bentuk
materi, setidaknya namanya menjadi popular. Tak pantas bagi anggota DPR, MUI
bahkan organisasi semacam FPI mau dilibatkan. Atau mungkin karena mau numpang
popular juga?
Kedua, soal praktek perdukunan bukan gejala aneh di
Indonesia. Paling gampang lihat saja aneka acara di TV, yang mewartakan
berbagai pengobatan alternative. Entah dibungkus menggunakan nama
pengobatan herbal, Chinese medicine, tenaga prana atau apapun. Master-master
ilmu ghaib seperti ki Joko Bodo dan Permadi, bukannya juga selevel selebritas?
Tukang ramal, pakai tarot horoskop maupun feng shui, juga sering muncul di TV.
Kenapa MUI gak rebut?
Sedikit catatan , saya anggap feng shui, horoskop, kartu
tarot dan lain-lain masih dalam satu atataran.
Semuanya bukan science, palingan pseudo sciene kalo tak mau disebut para
normal. Dukun dan pengobatan alternatif laku,
karena dokter dan rumah sakit mahal.
Ketiga soal ajaran agama. Betapa hal-hal mendasar soal
poligami, baca surat al Fatihah dan shalat (dalam kasus EY, lihat http://showbiz.liputan6.com/read/568080/mui-minta-eyang-subur-tobat-seperti-adi-bing-slamet),
umat masih banyak belum becus. MUI
ngapain ngurusin seorang ABS atau EY? Kalopun riase the concern, seharusnya sebagai
cambuk bagi MUI untuk mempertajam strategi dakwahnya? Saya melihat malahan MUI
sekarang jadi penasehat spritualnya ABS.
Terakhir, jika ABS dan rekan-rekannya bertahun-tahun
menjadi murid ES maka logikanya murid gak akan lebih pintar dari guru. Kita
bisa bayangkan bagaimana kualitas pengetahuan agama dari para murid ketiga sang
guru ES gak becus baca al Fatihah dan gak ngerti bagaimana menjalankan shalat.
Lalu dimana rationale nya ketika sang murid (mantan) menuduh sang guru
sesat? (orang “sesat” menuduh orang lain
“sesat”). Apalagi konon ABS sudah tobat
(tobatan nasuha, begitu kyai dari MUI bilang). Orang yg sudah tobat, bukannya fokus
pada memperbaiki kualitas diri, malah buat keributan dan membuka aib orang
lain.
Nampaknya episode ABS dan ES belum akan berakhir.
Oka Widana
www.okawidana.blogspot.com
www.solusi-kampiun.blogspot.com
www.ahlikeuangan-indonesia.com
@owidana
@ahli_keuangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar